20101117

Merapi Menguak Tabir



Source: Google


Friends,

Dilihat dari sudut manapun, fenomena bencana Merapi bisa jadi membuat kita sepakat untuk menggunakan satu kata yg mungkin bisa mewakili perasaan kita bersama: trenyuh.

Sekitar 200 orang meninggal; 1500 lebih ternak tewas; 2200 lebih rumah rusak; terpukulnya perekonomian Yogyakarta yang didominasi sektor pariwisata, jasa-jasa dan pertanian serta industri; dan masih sederet data2 kerusakan lain material maupun non material, termasuk diperkirakan sekitar 500 orang korban mengalami depresi : dahsyat.

Belum lagi, janji2 bantuan yang bisa jadi total berjumlah digit 9 atau bahkan 12, sayangnya sepertinya tibanya tidak secepat rencana, sehingga rakyat menanti kunjung tak tiba -- memancing banyak pertanyaan dan kegeraman banyak orang : kesal & geram.

Ditambah pula, kali ini Merapi “beraksi” begitu dahsyat diluar dugaan siapapun, bahkan Pak Surono yang mengawal terus setiap detik2 moment perjalanan geliat Merapi dengan penuh dedikasi dan keahlian yang luar biasa ( beliau S3 khusus untuk bidangnya), sempat terheran dengan "ulah" Merapi yang kali ini diluar dari kebiasaan – Beliau sebagai ilmuwan dan kita semua yang terus mengamati bisa jadi ter”kagum" dengan “ pola geliat merapi kali ini yg diluar dari kebiasaan”. Alam kali ini berbicara yg boleh jadi melampaui batas intelektual: diluar kemampuan manusia/ ilmuwan.

Bila saya coba jadikan satu : “trenyuh”; “dahsyat”; “kesal & geram” dan “diluar kemampuan ilmuwan” – bisa jadi memang kita melihatnya perlu dengan dua mata: mata fisik dan mata bathin.

Menggunakan dua mata itu, semakin terlihat bahwa Merapi telah membuka banyak tabir, dan itu bagian dari karunia Tuhan – Sang Pencipta.

Bahwa Tuhan Maha Kuasa, atas apapun. Ilmu kita bisa dan masih terbatas, dan artinya kita dituntut untuk mengembangkan ilmu pengetahuan untuk mengenal alam yg maha dahsyat ini lebih dalam lagi. Kita perlu mencari tau lagi pola2 alam yg bisa memperluas kemampuan kita; Merapi membuka tabir pula bahwa kemampuan pemimpin2 kita terbatas, amat terbatas:(. Lalu, mau kita salahkan mereka (baca: pemimpin) ? Pemimpin kita adalah bagian dari kita juga, siapa yg dulu memilih pemimpin kalu tdk kita juga? Apa bisa menyelesaikan masalah? Sejauh mana kita telah menjadi pemimpin untuk diri kita sendiri? Apa yang sudah kita lakukan untuk menyatukan kerjasama kita bersinergi dengan org/pihak lain, dengan jujur dan ikhlas demi bangsa?

Merapi bisa jadi telah membuka tabir bahwa perlunya kerja keras (intelektual, mental, spiritual, sosial, emosional) ; hati2 dalam menyikapi janji2 dan harapan2 yg datang ke kita – dng kata lain hidup kita dikaki kita, tdk bisa mengandalkan janji2 semata; atau harapan2 yg entah kapan tiba – Bersyukur bila dibantu, tetapi merapi bisa jadi bermaksud mengajarkan kita juga bahwa bahwa esensi kekuatan untuk bangkit sesungguhnya ada di kaki dan tangan kita sendiri (dibanding bergantung pada org lain!)

Membuka tabir untuk semakin menguatkan firman Tuhan bahwa hanya kepada Dia lah tempat kita bergantung dan berharap, dan jika boleh sy ingin tambahkan, satu lagi tempat bergantung , adalah diri sendiri : sekali lagi dengan belajar dan kerja keras, lebih keras lagi. Semata satu tujuan ibadah menjalankan fitrah manusia menjadi khalifah alam raya, termasuk di dalamnya mengayomi alam hingga lebih "bersahabat dan hidup lebih seimbang harmonis ". banyak negara2 lain yg berupaya ke arah sana; banyak negara2 lain termasuk rakyat2 kita yang terus bekerja keras, tanpa pamrih. Contoh? Salah satu contoh kerjakeras, spt yg ditunjukkan relawan2 langsung dari masyarakat yogya dan sekitarnya, maupun dari lintas pulau yg spontan tanpa aba2 dan menunggu ikhlas membantu, tanpa perlu layar kaca ataupun tanda jasa .. Menurut gue mereka-lah pahlawan nyata, layak diangkat saat 10 November kemaren :), salute!

Merapi memberikan kesempatan rakyat Yogja (termasuk keluarga dan kerabat saya) dan kita semua untuk belajar adanya kenyataan2 yg semakin terbuka tentang banyak hal, baik yg negatif, positif dlsb ; untuk bangkit bersama dengan ikhlas, bekerja lebih keras lagi, belajar lebih luas lagi mencara jalan bagaimana menumbuhkan kembali, memperbaiki kehidupan masyarakat yg sesungguhnya memiliki budaya kearifan lokal yg menjunjung kesederhanaan, mandiri, kerja giat dan santun; mengembalikan keindahan pedesaan, ekonomi, pertanian peternakan dan perikanan maupun kekayaan seni, paraiwisata dan budaya Yogjakarta. Wallahualam.

Dengan demikian, walau nyata banyak korban dlm bencana ini, sy setuju dengan spirit mbah Rono yg tetap positif bahwa Merapi insya allah akan memberi banyak manfaat daripada memberikan kerugian. Alam mengikuti sistem yg dibuat sang Pencipta. Bisa jadi ada sesuatu kesalahan lalu kita terhadap lingkungan yang akhirnya membawa dampak terlalu besar, spt pada Merapi. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu.

What’s next? Tergantung ditangan kita semua – Tabir yg sudah terkuak dan nyata2 bicara apa adanya dng demikian “telanjang- didepan dua mata kita sepolos2nya” ini mau kita apakan? Diam kan? Jalani "as is"? Pikir, lalu tinggalkan ? Putar otak, dan upaya? Dengan cara apa? Bagaimana kita memandang dan bersikap diri kita terhadap alam dan lingkungan kita? Mau jalur bener atau kurang bener? Hehe. Ya, siapa bilang mudah? Tidak ada yg mudah, dan tidak ada jalan short cut -- it's a life journey.. Yang jelas ada pilihan2, dan kembali kpd diri kita masing2. Merapi mengingatkan bahwa sistem Tuhan berjalan..bahkan saat masih di dunia. Mana jalan yg kita ambil, kita semua tahu bhw ada konsekuensi. Finalnya, kita juga paham kelak kita dimintai pertanggungajwaban oleh Sang Pencipta - Dan, (saat itu) kita semua sudah gak bisa ngeles lagi.. (*hiks..)

Bersyukur, Merapi dengan kuasaNya telah banyak memberi kita pelajaran berharga. Yuk kita bersama berupaya, belajar dan berdoa tanpa jera – untuk memperbaiki diri kita masing2 ( termasuk gue, terutama!). Berkarya tanpa henti sesuai kemampuan dan latar belakang kita; dan bekerja sama secara baik dan seimbang dengan alam! ---- selagi kita masih diberi waktu dan kesempatan oleh-Nya. Insya Allah.

Semoga ada manfaat buat ku dan semua.

Salam Yogya yg kucinta,
Maya

1 komentar:

Bintang Jaya Bike mengatakan...

nice post,
tergantung dari sudut pandang mana kita melihat suatu masalah,
merapi dari sudut pandang saya : http://catrabumi.blogspot.com/2010/11/merapi-reinkarnasi.html

salam blogwalking