20100620

Judulnya Tanpa Judul



Judulnya Tanpa Judul
by Maya Soeharto

Untuk pertama kalinya saya sangat susah sekali dalam menulis…biasanya begitu mudah lancar mengalir..bahkan tak terbendung…namun kali ini. Berat.

Sudah lebih 600 artikel yang mengalir dari jemariku menjadi tulisan. Semua terasa ringan...tapi kali ini berat. Jika ada timbangan , maka satu artikel ini nilainya bisa jadi lebih berat dari penjumlahan seluruh 600 artikel yang telah ada di dunia maya itu, yang bernama www. mayasoeharto.blogspot.com.

Benar. Ada nama Soeharto dibalik namaku. Nama yang begitu dekat di hatiku dan terus hidup di setiap titik syaraf dalam tubuhku, tanpa terkecuali. Berdenyut tak pernah terlewatkan walau sedetik; tak pernah berhenti walau sekejab; hingga Dia berkata cukup.

Sudah biasa, orang mendengar nama itu lalu berubah ekspresi, menduga diriku anak seorang mantan presiden. Saya tersenyum lalu menggelang. Senyum seorang anak yang bersyukur sekaligus cinta dan kagum tunggal pada ayahnya, tanpa henti. Sosok yang dalam mata jernih dan bening terlihat paling kuat, sekaligus lembut dan ter-santun se-dunia, itulah Papaku. Garis2 di dahi beliau yang hingga sekarang terus mengikuti pelupuk mataku merupakan jejak kebijaksanakan dan keluasan berfikir seorang Socrates dan Aristoteles di jaman kompeni hingga milenium. Integritas dan keimanan Ayah yg begitu kuat sesuai nama depan yang disandang: “Iman”. Ah, bagaimana seorang anak tidak bersyukur sekaligus kagum dan cinta pada ayahnya? Maka, nikmat Tuhan manakah yang aku dustakan?

Namun kali ini bukan Ayah yang membuat tangan ini susah sekali menulis. Pertama kali dalam tiga tahun terakhir ini jariku yang sungguh amat gemar dan lancar menulis dan lincah bak penari pendet, sontak terhenti. Hanya karena satu momen: 12 Juni 2010. Ya. Ulang Tahun Ibuku. Apa yang bisa aku berikan ke beliau? Apa ada yang pantas bisa mewakili ”sebuah pemberian” bagi Seseorang yang begitu mulia? Jelas, tidak. Tidak ada bentuk apapun di dunia ini yang mampu menggambarkan cintaku pada beliau. Tidak ada perwakilan apapun di jagat raya ini yang bisa melukisan besarnya rasa syukur-ku pada Allah SWT, yang pada 45 tahun lalu telah meniupkan ruh yg sekarang ada di dalam tubuhku ke dalam rahim beliau. Lalu, apa yang telah aku lakukan selama hampir setengah abad ini? Apa aku lebih banyak membuat ibuku tersenyum, menangis bahagia ataukah membuat beliau menangis sedih? ”Ma, maafkan Maya.., atas segala tetesan sedih mama selama ini..”

Tiba-tiba aku ”blank” dan ”so heavy, so deep ”. Jemari ku lumpuh tak berkutik. Berat. Jauh melebihi apapun tugas “menulis” yang pernah kulalui dalam kiprahku 25 tahun kerja maupun 8 tahun mengajar. Apakah itu membuat Proposal Business Plan; Executive Summary Report untuk board of directors, board of commissioners; Proposal Penelitian; ataupun Rancangan Disertasi…Untuk pertama kali nya si Maya benar- benar menjadi “maya”, dan dia hilang..

Hanya satu yang membuat aku ada dan aku tetap ada. Yaitu Tuhanku. Dan sekarang hanya satu perwakilan Tuhanku di dunia ini, yaitu : Ibuku. Semua yang ada di dalam kehidupanku tidak ada artinya tanpa Ibu-ku tersayang.

Blank.

”Sudah pasti, semua anak menganggap ibunya paling segalanya lah nduk..” Begitulah kerap jawaban Ibuku bila aku memujinya. Ibuku tidak tahu, bukan aku saja yang anaknya kagum padanya, tapi banyak temanku dan lingkungan kita melihat sosok ibuku perempuan hebat. Itu yang membuat aku berat. Tak mampu kuuraikan dan tak bisa terkatakan. Tak cukup kata apapun mewakili perasaan dan kekagumanku pada beliau. Bila kucoba, hanyalah menjadi setetes air celupan jari mungil anakku, dalam samudera lautan luas. Tapi aku tak peduli, karena yg setetes tadi berasal dari hatiku terdalam yang hanya bisa disentuh oleh tangan lembutmu, mama..

Tangan yg kerap ku menyebut sebagai: ” The Magic Hand”. Kalau nabi Musa dianugerahi Allah SWT keajaiban dengan tongkatnya, maka Ibuku dengan tangannya. Tuhan Maha Besar. Sejak aku kecil ku pandang apapun yang disentuh ibuku, maka menjadi : ” hidup, beres dan jadi ” Lukisan, ikebana, kerang, bunga kaca, kembang kering, aneka masakan, jahitan, dekorasi, rumah, tanaman dan masih sedereeet panjang lagi. Seburuk apapun semua di sulap ibuku menjadi: indah, anggun, apik, harmonis, beres dan hidup. Itulah Ibu-ku. Subhanallah.

Di tanganmu juga Mama, kami berempat anak mama, mampu mandiri dan berhasil sampai pada titik ini. Berkat sentuhan tangamu pula Papa berhasil menjadi sosok Teladan yg menyebarkan nama harum nan abadi. Berat. Tidakkah Mama tahu aku menikmati nyaman harum surga tiap kali kucium tangan, sungkem dan mencium kaki mu ?

Tidak ada judul yang bisa mewakili kemulian dan jasa mu bagi kami semua, Mamaku. Hanya Tuhan Yang Mampu menorehkan Judul bagi Seorang Ibu seperti Mama kami.

Selamat Ulang Tahun Mama. Tetap sehat mamaku.. Tetap menjadi Inspirasi dan Teladan abadi bagi kami semua—Anak2, cucu2 oma yang bereret dengan gaya beraneka rupa seperti orang tuanya itu..hehe. Kami amat mencintai mu.

Terima kasih Mama. Cinta abadi dari kami semua yang walau sudah mandiri, tetap membutuhkanmu. Papa-tadi pagi ketika aku berkunjung, mengamanahkan:”Bisikan cinta selamat ulang tahun dan peluk tuk mama” plus,”cium di kanan & kiri, berkali-kali ”. Entah apa maksudnya. Sepertinya hanya Allah SWT, Mama&Papaku yang tahu.

Love you mom. Soo much.

Jakarta. June 12, 2010

Tidak ada komentar: