20081129

Tips : Bagaimana mengasuh anak dengan senang?

Bidadariku dua, mereka sudah memasuki masa remaja (almost 17yo and 14 yo), bahkan insyaAllah sebentar lagi yang besar akan kuliah...hhhh... Rasanya baru kemaren mereka saya gendong dan masih teringat jelas gaya mereka yang lucu menggemaskan saat saat itu....
”Time flies so fast ”kata teman saya..Ah..

Saat diskusi atau ngobrol santai dengan sesama ibu-ibu tentu biasanya kita masuk ke pembicaraan tentang anak2 dan lika- likunya.... gimana mereka lucu, sebelin, bandel, seru, ada yg pinter, badung, susah diatur, asik, membingungkan dan ujung-ujungnya ( terutama kalau anak2 sudah masuk usia remaja) sepakat : gak mudah ya ngasuh anak itu...

Lalu kalau kita mau bahas lebih panjang lagi, terdengarlah ada yang komentar ” emang enak” ? siapa yg bilang gampang? Siapa bilang jadi ibu RT lebih gampang dibanding ibu kantoran (bekerja) ? Lebih gampang ngurus orang kantor di banding yg dirumah? Bahkan ada teman saya di kantor dengan anak satu laki-laki umur sekitar 2 tahun yang badannya lamgsung menyusut kurus hanya dalam waktu 10 hari abis lebaran....Dia bilang senang sekali balik kerja karena di kantor malah suasananya lebih tenang dan rileks katanya... hehehe

Apa benar tidak mudah mengasuh anak? Apa benar tanggung jawab orang tua demikian berat? Saya yakin 99,9% OT akan sepakat menjawab ya

Agama mengatakan bahwa tidak mungkin orang itu diberi ujian diluar dari kemampuannya. Nah, berarti kita mampu dong....lalu ada yg nyeletuk : ” tapi tetap saja gak mudahlah....”

Dari sepotong kata ” tidak mudah” timbulah keindahan... dan ini kuncinya.
Ini jugalah yang mewarnai kehidupan saya selanjutnya sehingga alhamdulillah saya begitu menikmati saat-saat mengasuh anak..

Misterinya, ketidakmudahan itu justru membuat kita sebagai orang tua tumbuh dan berkembang... Alam mengajarkan hal yang sama. Kita bisa lihat dari fenomena ulat, kepompong dan kupu2. Tidak mungkin ulat berkembang jadi kupu-kupu yang lebih cantik bila tidak berjuang susah payah keluar dari kepompong keras yg meliputinya. Demikian pula fenomena sebiji kacang ijo yang diletakkan anak saya di pantry rumah. Dia keluar tunasnya setelah merobek kulit dan bijinya yang keras dan tidak mudah, sehingga dia tumbuh lebih tinggi dari biji kacang ijo yang lain yg tetap menjadi biji .....

Hmm lalu saya berfikir, bahwa harus ada upaya ” merombak diri kita ’ seperti si ulat memecah dirinya ( baca kepompong ) untuk menjadi kupu2 yang lebih indah ya..

Pertanyaannya : apa yang perlu saya ubah? Apa yang perlu saya dobrak?

Jawabannya diri kita. Mungkin lebih tepat lagi cara pikir/mind set kita , yang justru merupakan kekuatan kita sebagai manusia dibanding makhluk lain, namun bila tidak dikelola dengan benar maka akan menjadi kelemahan kita...

Paling tidak ada dua mind-set diri yang perlu diubah...

1. Dari mindset “anak adalah milik saya” menjadi ”anak adalah amanah Tuhan, bukan milik saya” Konsekuensinya: Pertama, kita tidak punya hak 100% mengatur kemauan kita terhadap anak. Kedua, kita tidak punya 100% kemampuan untuk memastikan anak kita akan berhasil. Ini membuat saya lebih santai, tenang juga fokus dalam mengasuh anak, sekaligus sabar bila menghadapi masalah serta cenderung mengajak partisipasi anak untuk menyelesaikan masalah dirinya, karena pada dasarnya kita berperan membimbing mereka untuk tumbuh menjadi individu dengan keunikan dan kekhasan sendiri yang bukan milik saya....Kita kan lebih ”natural/alami” dalam mengasuh anak....tetap fokus punya tujuan tapi juga follow the flow..

2. Dari mindset ” anak membutuhkan orang tua” menjadi ” anak dan orang tua saling membutuhkan”. Buat saya ini seperti sebuah spektrum dimana faktor penentunya adalah waktu. Semakin bertambahnya waktu semakin kearah saling membutuhkan....Tidak usah menunggu mereka dewasa dan menikah lalu orang tua merasa kehilangan dan membutuhkan kehadiran anak2.... Buat saya, saat ini saja rasa itu sudah demikian kental... Pelukan mereka yang selalu saya nikmati sepulang kerja seperti oxygen untuk kehidupan saya... Barangkali saat kita nanti telah menghadap yg Maha Kuasa, justru (mungkin) kita) yang lebih membutuhkan anak2..dimana kita tidak lagi kuasa mengumpulkan amal, kecuali salah satunya dan doa dari anak2 kita yang soleh dan soleha. Amin

Bukan berarti saya imun dari segala masalah dengan anak-anak lho. Saya juga kadang merasa pusing kadang menangis berfikir keras bagaimana menghadapi kelakuan anak2 yg gak masuk akal, frustasi karena urat kesabaran saya hampir putus menghadapi beberapa kali masalah yang sama terus menerus....Maka saya coba ingat 2 mindset di atas.... dan it works!

Dengan mindset itu saya menyadari betapa beruntungnya saya dikaruniai anak2 ... Betapa banyak dari sikap dan perilaku si menawan mbak is dan si cantik dik tiara yang memang alhamdulillah membahagiakan dan membanggakan saya, ayahnya dan keluarga, betapa bahagia dan menyenangkan mengasuh anak-anak itu...

Buat saya Anak is ”the most beautiful and amazing creature in the world”...

Teman-teman dan ibu2 setuju?

Salam kasih sayang,
Maya

Tidak ada komentar: