20090106

Tips Mengendalikan Amarah



Marah? Sering marah-kah kita? Apakah dng cara ekspresif -- dengan tindakan atau kata2 kasar, kerasa atau tenang tp sinis nyelekit misalnya? Atau lebih cenderung ditahan dihati ( marah pasif) – yg bakal ngggerogoti mental kita? Apakah ada kepuasan dengan melampiaskan amarah kita? Atau (setelah marah2 “gebrak meja”) lalu malah menyesal? Apakah amarah yg disimpan di hati akan hilang dengan sendirinya? Atau malah lebih bahaya?

Marah memang banyak ragam penyebabnya dan secara psikologi ada cara aktif dan pasif. Namun apapun itu ternyata marah itu sangat tidak sehat ( hhhh sesuatu yg gue mesti benerin nih di 2009...) .

Ambil salah satu kutipan Muh Gufron Hidayat, apa yang terjadi ketika marah :

– Ketika marah, hati dan pikiran tertutup. Tindakan yang dilakukanpun menjadi tidak didasari pada akal pikiran yang sehat, kata-kata yg terlontar juga menjadi tidak terkendali.

Dalam menjalani kehidupan ini berbagai persoalan acap kali menghampiri. Harapan kadang tidak sesuai dengan kenyataan. Jika keadaan ini tidak diterima dengan lapang, amarahlah yang muncul. Berbagai peristiwa penyiksaan kerap kali muncul lantaran amarah…

Bagaimana kita merendam amarah, sekaligus upaya memafkan? Ada 2 Tips umum:

1. Menurut ilmu psikologi seyogyanya ada balancing antara menahan diri dengan releasing feeling yg sehat – salah satu yang bisa dipake adalah: teknik komunikasi asertif ( bukan agressif lho). Dalam bhs gampangnya, adalah sebuah teknik komunikasi dimana kita menyampaikan pendapat dan perasaaan kita tanpa menyerang atau melukai pihak lain – hmmm gak gampang ya...hehe. Intinya adalah fokus pada inti permasalahan dan cara menyelesaikan --bukan ke orang dan tidak ke hal- hal lain yang malah bisa memperumit pencarian solusi. Saat berkomunikasi seberapa kesal dan frustasi kita, tetap kita harus bisa mengendalikan emosi (supaya pikiran tetap jernih) , tidak menyerang dan tetap saling respek ( wuuuiihh ga’ gampang yaaa….hehe). Dan coba memaafkan…

2. Imam Al-Ghazali mengingatkan, kiat untuk mengendalikan amarah:
- - Memahami keutamaan mengendalikan amarah, memaafkan, sikap lemah lembut, dan tegar dengan mengharapkan ridha seta balasan baik dari Allah.
- - Berwudhu ketika amarah memuncak, seperti sabda Rasulullah. “ Apabila salah seorang kamu marah, hendaklah ia segera berwudhu dengan air dingin. Karena marah itu bersumber dari api (HR. Abu Daud)


Semoga berguna

Salam adem,
Maya

Tidak ada komentar: