20081218

Manusia si Pengembara..

Dear my Friend : Nathan dan Mas LQ yang saya hormati, juga semua teman2--- mungkin cuplikan di bawah ini bisa sedikit menjadi input atas renungan dan pertanyaan yang kemaren anda ajukan berkaitan dengan artikel “ Anak adalah Titipan-Nya (17/12/08)”. Makasih banget top sekali tanggapan dan pertanyaannya, simple but kritis...

Menurut gue, artikel ini berkaitan tidak hanya terbatas pada urusan Anak. Menyangkut juga titipan2 dan amanah2 lainnya yg kita emban dan ntar mesti dipertanggunjawabkan…(wuiih..) Alias menyangkut totalitas kehidupan kita di dunia yang sementara ini...hmm .. Ketika gue baca pagi ini ( diambil dari hikmah Republika pagi ini), terus terang gue cukup tertegun dan kerasa manfaat buat gue, sambil menyadari banyak hal yang masih kurang dari gue…terutama menyangkut bekal hari akhir..hehe.. Dan, jadi ingat teman2 semua, dengan harapan bisa mengambil manfaat juga, terlepas dari latar belakang agama teman2..

Judulnya : Embara (Hikmah Republika 18/12/08, M Gufron Hidayat)

Manusia hidup di dunia layaknya pengembara yang sedang melakukan perjalanan. Sang pengembara harus melaksanakan tugas yang diembannya. Ia tidak boleh mengecewakan pihak yang memberikan amanat. Semua tempat yang disinggahi bukanlah tempatnya, ia hanya menumpang untuk kemudian meninggalkannya kembali. Semua harta yang dimiliki juga bukan miliknya, itu hanya titipan dan suatu saat akan ditinggalkan.

Dari Ibnu Umar RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW memegang kedua pundaknya seraya bersabda, “ Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara.” Kemudian, Ibnu Umar berkata, “ Jika kamu berada di sore hari, jangan tunggu pagi hari dan jika kamu berada di pagi hari, jangan tunggu sore hari. Gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu” (HR Bukhari) ( guys, gue baca sampe sini langsung tears** tears**)

Sejatinya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjalani hidup ini dan kaitannya sebagai pengembara.

Pertama, hendaknya selalu menyadari tujuan pengembaraannya. Dengan tujuan yang jelas, kaki yang dilangkahkan akan terarah dan tidak mudah tergoda oleh buaian-buaian kesenangan sesaat yang menghampiri. Tujuan yang jelas juga dapat mengingatkan manakala suatu saat kita tergelincir..

Kedua, membawa barang bawaan secukupnya agar tidak menyusahkan ketika diperjalanan. Islam tidak melarang umatnya menjadi orang kaya, tetapi Islam mengarahkan agar zuhud terhadap dunia. Bahkan, agama mengingatkan bahwa kefakiran selalu dekat dengan kekufuran. Ia juga harus menyadari bahwa bekal yang dibawa akan dipertanggungjawabkan kelak. (Gue lalu ingat ajaran" tangan diatas lebih baik dari tangan yang di bawah = memberi lebih baik daripada menerima". Artinya dengan bekerja dan memperoleh harta kita bisa memberi sedekah --rezeki milik Allah-- kepada sesama..)

Ketiga, sang pengembara hendaknya selalu berhati-hati dan mematuhi peraturan yang ada agar selamat sampai tujuan. Allah SWT memberikan pedoman berupa Alquran dan sunnah bagi hambaNya agar selamat hidup di dunia fana ini. Selama kedua pedoman itu diikuti, kita tidak akan tersesat selama-lamanya.

Keempat, menggunakan waktu yang dimiliki sebaik-baiknya dengan cara berbuat hal yang bermanfaat bagi diri dan makhluk di sekitarnya. Ada pepatah mengatakan “ Jika gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan jika manusia mati tidak ada yg ditinggalkan kecuali amal yang akan dikenang sepanjang zaman. (**Duuhh..bekal amal gue gimana nih..udah cukup belum ya?..rasanya gak cukup-cukup..ahh belum cukup baru dikiit bangeettt nih...help!..dag dig dug**)

Dengan menyadari hidup ini laksana pengembara, semoga hidup kita lebih bermakna dan bermanfaat. Wallahu a’lam.

Semoga sedikit memberikan inspirasi dan manfaat,

Salam si pengembara (dari Gua Kebahagiaan -- bukan Gua Hantu lho hihihi...),
Maya

Tidak ada komentar: