20081213

Menyapih Marah


Saat bangun menjelang subuh, hati saya tiba-tiba terdorong tertarik untuk membuka satu artikel yang ada di koran Republika ( Rabu, 10 Desember 2008) , kolom Hikmah berjudul " Menyapih Marah" tulisan Abdul Azis Safa.

Walau ada tertulis ayat Al Quran, saya tidak mengangkat ini sebagai pojok muslim, karena ulasannya , menurut saya, dapat bermanfaat bagi teman-teman semua, besar-kecil, tua -muda, apapun latar belakang agamanya.

Begini isinya:

###Marah merupakan salah satu reaksi emosi manusia seperti halnya cinta, rindu, senang, dan gembira. Bedanya, ia lebih karib menjadi "bahasa" di saat kita menghadapi kejadian2 yg tdk menyenangkan, mengecewakan, danmenemukan kondisi tdk sesuai harapan.

###Dalam keadaan marah biasanya kontrol diri kita menguap. Kita jadi gelap mata. Kitapun larut dalam gaya khas barbar yg mudah menyalurkan kekesalan dengan tidak anarkis. Inilah yg dikhawatirkan jauh hari oleh Imam Ja'far Al Shidiq, " Marah lebih sering membinasakan hati dan kebijaksanaan. Barang siapa yg tidak dpt menguasainya, maka ia tdk akan dapat mengendalikan akalnya.

###Ada kisah menarik pada sosok khalifah Bani Umayyah, Umar bin Abdul Aziz, menyangkut sifat ini. Suatu saat khalifah berperkara dng org yg mabuk. Ketika ditangkap dan ada yang dihukum, org itu tiba-tiba memaki dan menyumpah- serapahi khalifah. Mendengar itu, khalifah langsung menunda proses hukumnya.

###" Andaikata kau tidak membuatku marah, niscaya aku sudah menghukummu" ucap khalifah. " Wahai Amirul Mukminin, mengapa setelah pemabuk itu memaki anda, tiba2 anda membatalkan proses hukumnya? tanya seorg warga yg menyaksikan kejadian itu. " Saudaraku, karena dia membuatku jengkel, maka andai aku menghukumnya, mungkin itu karena marahku kepadanya. Dan saya tidak suka memproses hukum seseorang karena membela (kepentingan) diriku"

### Galibnya ego penguasa, cicit Umar bin Al Khathab yg dianggap sebagai Khulafa Al-0Rasyidinkelima ini bisa saja melampiaskan amarahnya. Tapi, ia dpt dng cepat menguasai diri. Bukan membalas dng umpatan atau merekayasa dng imbuhan hukuman. Sebaliknya, ia justru mampu mengidentifikasikan bhw dirinya sedang marah, karena itu seyogyanya ia menangguhkan proses hukum warganya yg seharusnya didera itu.

### Memang, memaafkan di saat kita kuasa untuk membalasnya tidaklah gampang. Dibutuhkan kekuatan, kesabaran, dan keimanan untuk itu. Karena, sabar tidaknya seseorang itu tidak dapat diketahui selain di saat marah, bukan?

###Bukankah orang yg mampu menyapih amarah dan memaafkan kesalahan org lain itu lebih dicintai Allah? Dalam Al-Quran Allah menegaskan, orang yang mampu menahan amarah termasuk golongan org bertakwa yg berhak atas surga ( QS Ali Imran [3] 133-134).

### Nabi juga pernah berpesan, " Orang yang kuat bukanlah orang yang tangkas dalam bertarung, melainkan orang yang bisa menyapih diri ketika marah" (HR Malik)

Wah memang tidak mudah, saya sendiri masih terus berjuang untuk bisa terus menyapih marah.... Yuk marilah kita sama-sama mulai hari ini dan seterusnya berupaya menyapih hawa nafsu marah kita yg kadang timbul-- kita sebagai ibu, bapak, sebagai Atasan, pekerja, sebagai Anak, saudara, sebagai teman, kekasih, sebagai guru, sebagai apapun profesi dan maupun pribadi yg melekat dalam diri kita.. siap?

Salam sabar,
Maya

Tidak ada komentar: